Pemerintah melalui PT Pertamina (Persero) tengah mengembangkan bahan bakar minyak (BBM) yang lebih ramah terhadap lingkungan. Menghasilkan bahan bakar yang ramah terhadap lingkungan, menurut Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, sudah menjadi kewajiban sebagai warga dunia dan tanggung jawab sebagai anak bangsa.
“Kemajuan atau pertumbuhan ekonomi bangsa ini, jika sebesar 5% saja per tahun, bila tidak memulai membuat bahan bakar yang ramah lingkungan, maka 25 tahun lagi polusinya akan sangat buruk,” ujar Jonan, di Kompleks Kilang Plaju, Palembang, dalam keterangan resmi kepada InfoSAWIT, belum lama ini.
Saat ini Pertamina saat ini sedang mengembangkan BBM yang lebih ramah lingkungan. Jonan berharap, selain dapat menghasilkan BBM yang ramah lingkungan, juga 100% menggunakan bahan baku dari renewable energy. “Harapannya, minyak diesel yang dihasilkan Pertamina tersebut akan berasal dari renewable energy sehingga tingkat polusi yang dihasilkan akan rendah,” tutur Jonan.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengatakan, Pertamina saat ini sedang mengembangkan BBM berbasis sawit yang ramah lingkungan. Pengembangan BBM tersebut dilakukan, selain blending FAME, juga dengan co-processing dan hydrorefining.
“Co-processing dan hydrorefining tersebut akan menghasilkan energi yang lebih bersih jika dibandingnkan dengan FAME yang hari ini kita hasilkan. Opsi-opsi pengembangan energi bersih melalui proses hydrorefining tersebut merupakan sepenuhnya hasil karya anak bangsa hasil kerjasama dengan LAPI-ITB dengan nama katalisnya, katalis Merah-Putih,” ujar Nicke.
Nicke menambahkan, pengembangan bahan bakar ramah lingkungan ini secara bertahap sedang dikerjakan di beberapa kilang Pertamina dan diharapkan sebelum tahun 2023 sudah dapat diimplementasikan di empat kilang milik Pertamina yang memiliki Residual Fuel Catalytic Cracking (RFCC) dan pada saatnya nanti akan menghasilkan green diesel, green avtur dan green fuel.
Pengembangan BBM berbasis sawit, selain lebih ramah lingkungan dan sedikit menghasilkan polusi, tentunya juga akan dapat meningkatkan nilai tambah dari sawit itu sendiri dan mengurangi impor minyak mentah.
sumber: infosawit.com